Ketum Golkar Kena 'Roasting': Lahir Beralaskan Tikar, Sekarang Berkuasa dan Kaya Raya!

SURABAYA | Barometer Jatim – Pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) XI Partai Golkar Jatim di Hotel Shangri-La Surabaya, Sabtu (10/5/2025) sore, menjadi ajang bagi Sekjen Partai Golkar, Muhamad Sarmuji untuk menunjukkan siapa sejatinya Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadahlia hingga menjadi tokoh top nasional seperti sekarang.
“Saya ingin memanfaatkan momentum ini untuk membalas perlakuan umum kepada saya. Jadi santai-santai saja. Enggak me-roasting ketua umum, kuwalat kalau saya me-roasting,” kata Sarmuji yang disambut Bahlil dengan senyum.
“Dalam berbagai kesempatan, ketua umum menyampaikan sambutannya menyebut saya diawali dengan sahabat saya Cak Sarmuji. Saya ingin menegaskan dan menjawab biar kesannya tidak cinta bertepuk sebelah tangan. Saya ingin menyampaikan bahwa ketua umum adalah sahabat saya juga,” sambungnya.
Sarmuji yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jatim menegaskan, persahabatannya dengan Bahlil lama sekali prosesnya. Bukan orang yang ketemu di tengah jalan, lalu Bahlil memintanya sebagai Sekjen Partai Golkar. Tapi sebuah persahabatan yang sudah mulai lama sekali, bahkan lebih dari 25 tahun.
“Jadi saya tahu benar, bagaimana ketua umum tumbuh seperti apa. Seperti apa ketua umum 25 tahun yang lalu, saya tahu persis. Bagaimana kualitas dan performanya saya tahu benar,” ucap Sarmuji mulai 'me-roasting'.
“Dulu ketua umum itu, mohon maaf, bukan termasuk orang yang paling pintar di antara kita. Tetapi sekarang jauh lebih pintar dari kami-kami ini. Yang paling jelas, jauh lebih berkuasa dan lebih kaya raya,” sambungnya yang membuat Bahlil tak kuasa menahan tawa.
Tapi justru itulah yang membuat Sarmuji kagum pada Bahlil. Tumbuh dari keluarga tidak mampu, berkembang dengan kerja keras yang luar biasa, hingga menjadi orang hebat seperti sekarang.
“Andaikan ketua umum lahir di atas talam emas, kekaguman saya biasa saja. Tetapi ketua umum lahir beralaskan tikar, jadi itu yang menjadikan ketua umum luar biasa,” tandasnya.
Tak Bisa Diremehkan
Bagi Sarmuji, kalau banyak orang meremehkan seseorang karena latar belakangnya, dulu barangkali miskin atau pendidikan orang tuanya kurang atau karena kualitasnya kurang, sejatinya setiap pandangan yang meremehkan itu pasti akan terjerembab dalam keterpurukan.
Dia lalu menukil ayat Al Qur’an, mengapa iblis terpuruk karena mengatakan: Aku ini terbuat dari api, lebih mulia daripada Adam yang terbuat dari tanah yang hitam.
“Setiap orang yang meremehkan orang lain, pasti akan tersungkur dan setiap orang yang menghargai orang lain berkemungkinan untuk berjaya di kemudian hari. Jadi saya menghormati, mengagumi ketua umum justru karena berasal dari tanah yang hitam, dari Papua,” katanya yang membuat Bahlil kian terkekeh.
Roasting-an tak berhenti di situ. Sarmuji kemudian mengutip falsafah Jawa: Giri lusi jalmo tan keno ingino. Dia harus menerangkan falsafah tersebut, karena tidak semua bisa bahkan yang beristrikan orang Jawa sekali pun.
“Jadi Jawa naturalisasi seperti ketua umum belum bisa paham falsafah ini. Falsafah itu mengatakan: Giri lusi, cacing saja bisa sampai di atas gunung. Jalmo tan keno ingino, manusia tidak bisa diremehkan,” terang Sarmuji.
“Jadi kalau ketua umum berasal dari Papua yang pelosok sekali, dari keluarga yang sangat sederhana, tidak bisa diremehkan karena dia bisa menjadi apa saja atas izin Allah Swt,” imbuhnya.
Tak hanya menunjukkan siapa Bahlil sekaligus me-roasting-nya, dalam kesempatan tersebut Sarmuji juga melaporkan pada periode kepemimpinannya Golkar Jatim berhasil menambah satu juta suara untuk DPR RI.
“Itu terkonversi menjadi 2 kursi tambahan untuk DPR RI, tambahan kursi untuk DPRD provinsi 2 kursi, dan tambahan kursi untuk DPRD kabupaten/kota sebanyak 30 kursi se-Jatim,” jelasnya.
Secara nasional, tambahan kursi yang diperoleh Golkar yakni 99 yang berasal dari 500 lebih kabupaten/kota dan 30 kursi dikontribusikan Golkar Jatim.
“Saya ingin membanggakan ketua DPD kabupaten/kota. Mereka telah berjuang keras untuk membuat Partai Golkar kembali berjaya, kembali diperhitungkan di kancah Jatim,” ujarnya.
Memang, lanjut Sarmuji, tidak mudah mengelola Golkar di Jatim, karena secara genealogi politik sebenarnya Jatim bukan basis utama Partai Beringin.
“Kita tahu benar bagaimana genealogi politik bekerja, kita tahu benar bagaimana bisa menarik benang merah genealogi politik partai sejak 1955 sampai reformasi, termasuk awal pasca reformasi,” ucapnya.
“Kesimpulan kita, mengelola dan memimpin Golkar Jatim sama sekali bukan pekerjaan mudah, karena itu diperlukan terobosan yang banyak sekali,” tandas Sarmuji.
Karena itu, dia berterima kasih kepada pengurus Golkar Jatim, Golkar kabupaten/kota, serta berbagai pihak yang turut membuat Golkar kembali menjadi partai yang diperhitungkan di Jatim.{*}
| Baca berita Golkar Jatim. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur