Serang Emil, Lupakah PDIP Kalau Anas Politikus Kutu Loncat

Reporter : barometerjatim.com -
Serang Emil, Lupakah PDIP Kalau Anas Politikus Kutu Loncat

KADER DAN EKS KADER PDIP: Azwar Anas (kiri) bergabung PDIP setelah meninggalkan PDIP, Emil Dardak (kanan) yang akan maju di Pilgub Jatim 2018 tinggalkan PDIP tapi belum bergabung dengan Parpol lain. | Foto: Barometerjatim.com/ROY HASIBUAN

SURABAYA, Barometerjatim.com Rajin menyerang calon lain, lupa dengan reputasi calon sendiri. Ya, para petinggi PDIP, termasuk Sekjen Hasto Kristiyanto, agaknya lupa saat menyudutkan Emil Dardak sebagai politikus 'kutu loncat'. Padahal Abdullah Azwar Anas yang kini menjadi kader PDIP juga buah 'outsourcing' dari PKB.

Patut dicatat! Anas bukan lahir dari rahim PDIP, tapi dari kandung Nahdlatul Ulama (NU). Di jalur politik, mantan ketua umum IPNU itu pernah menjadi anggota DPR RI dari PKB periode 2004-2009 dari Dapil Jatim III (Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo).

Pada Pemilu 2009, Anas kembali berhasrat ke Senayan. Tapi tak lagi lewat Dapil III karena 'dibuang' Muhaimin Iskandar ke Dapil Jatim VII (Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan dan Trenggalek). Bisa ditebak, Anas yang tak punya basis di wilayah Mataraman akhirnya gagal menjadi anggota DPR RI lagi.

Setelah pernah 'dibuang' Muhaimin dan meninggalkan PKB, kini Anas akan maju di Pilgub Jatim 2018 sebagai bakal Cawagub pendamping Saifullah Yusuf yang kini justru diusung koalisi PKB-PDIP. Padahal hingga tahun lalu, cerita 'pembuangan' oleh Muhaimin tersebut masih membekas di benak Anas.

Baca: Emil Dardak, Sosok Milenial Penggerus Popularitas Anas

"Saya pingin nyalon DPR di Banyuwangi dapat nomor 10, padahal untuk jadi anggota di nomor 2 saja sudah sulit. Kemudian saya dipindah ke Pacitan nomor 7. Akhirnya saya mengambil keputusan 'terpaksa' mencalonkan diri menjadi bupati," curhat Anas saat halal bi halal dengan alumni IPNU di Pendopo Sabha Swagata Banyuwangi, Kamis, 28 Juli 2016.

Tapi inilah realitas politik, semua bisa berubah dalam hitungan detik. Tak ada lawan dan kawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi dan kali ini kepentingannya untuk memenangi Pilgub Jatim 2018 bersama Saifullah Yusuf.

Karena itu, Pengamat Politik asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Suko Widodo (Sukowi) menilai wajar langkah Emil Dardak maju di Pilgub Jatim 2018 tidak bersama PDIP. Apalagi fenomena kader potensial pindah Parpol menjadi kelaziman di Indonesia.

Baca: Reklame Kampanye Dini Gus Ipul-Anas, Pengamat: Tak Etis!

Di Indonesia memang belum ada nilai etika politik yang baku. Ini (pindah Parpol) karena Parpol juga belum mampu melindungi dan menjamin anggotanya, katanya, Jumat (1/12).

Sistem karir dalam Parpol di Indonesia, lanjut Sukowi, belum terinstitusi dengan baik. Begitu pula sistem seleksi dan penghargaan yang belum tertata rapi. Pengkianat dan tidak itu tinggal siapa dan dari sudut mana memandangnya, tukasnya.

Di sisi lain, lantaran sama sekali tidak ada darah Marhaen mengaliri tubuh Anas, hal itu menjadikan pemilih ideologis PDIP dinilai tidak akan loyal terhadap pasangan Saifullah-Anas yang diusung PDIP di Pilgub Jatim 2018. Mereka akan mencari sosok yang di dalamnya mengalir darah Soekarnois dan Marhaenis.

Baca: PDIP Rajin Komentar Negatif, Pengamat: Awas Bumerang!

"Seberapa pun kuat mesin PDIP tidak akan mampu mengarahkan darah Marhaenis ini kemana akan mengalir," nilai Wakil Ketua DPD Partai Garindra Jatim, Hendro Tri Subiyantoro kepada wartawan beberapa waktu lalu. "Mesin PDIP dipastikan akan panas, tapi panas karena hanya berputar tanpa melangkah. Tidak akan banyak pergerakan di PDIP."

Apalagi Saifullah Yusuf tak kalah 'kutu loncatnya' dengan Anas. Sempat menjadi anggota DPR dari Fraksi PDIP kemudian meloncat ke PKB.

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.